Senin, 10 November 2014

Aku, Pecandu Rindu yang Diselimuti Gengsi


Ketika rindu membuat mulut terbungkam untuk tidak mengatakannya, rindu ini membuat ku haus akan sentuhan lembut dan menenangkan dari yang aku rindukan.
Ya, sentuhan lembut itu adalah sentuhan dari tangan halus sedikit kekar, tanganmu. Aku rindu akan sentuhan lembut dan menenangkan itu.

Ketika rindu datang menghampiri dan menghantui di setiap hari ku, ingin sekali rasanya aku menjatuhkan rinduku pada pelukan hangat tubuhmu. Tapi aku hanya bisa terdiam dalam lamunanku akan dirimu, sungguh ini sangat menyiksa perasaanku.
Ketika rindu datang dan mengajakku untuk menyapamu, just say “hai, i miss you so much” just it but its hard. 


Ketika rindu datang ia membuatku berfikir dan bergumam sendiri dalam lamunan “apa yang aku rindu juga merindukan ku?” oh shitt pertanyaan itu selalu terngiang di kepalaku. Ingin sekali rasanya aku menyapamu, menanyakan kabar, mengetahui cerita sehari-harimu, tapi... haha gensi ini menyelimuti tubuhku, membuatku sesak dan membuatku sakit.

Dear rindu, bisakah kau bersabar? Bersabar entah sampai kapan, bersabar untuk berlabuh pada tujuanmu meski itu membutuhkan waktu yang lama. Bersabarlah~

Dear gengsi, bisakah kau menepi sejenak? Menepi agar rindu ini bisa melangkah walau hanya sejengkal, setidaknya tempat pelabuhan melepas rindu itu tahu bahwa ada rindu yang ingin ditumpahkan padanya.

Aku, pecandu rindu yang diselimuti gengsi. Mamam tuh rindu yang bikin sakit hati~~
Kalo kata kak @adelladellaide di Twitter “Tak perlu tau siapa yang lebih dulu merindu, rindu ini hanya perlu temu” hehe gitu deh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar